Monday, June 20, 2011

peringatan bersama


Assalamualaikum..warahmatullahi wabarakatu....

Rasulullah SAW menyeru agar pemimpin yang zalim dihalang dan ditolak segala kezaliman, penindasan dan segala kerosakan yang dilakukannya. Ini sejajar dengan sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:

“Sesungguhnya selepasku ini akan ada para pemimpin yang melakukan kezaliman dan pembohongan. Sesiapa masuk kepada mereka lalu membenarkan pembohongan mereka dan menolong kezaliman mereka maka dia bukan daripadaku dan aku bukan daripadanya dan dia tidak akan mendatangi telaga (di syurga). Sesiapa yang tidak membenarkan pembohongan mereka dan tidak menolong kezaliman mereka, maka dia daripada kalanganku dan aku daripada kalangannya dan dia akan mendatangi telaga (di syurga).” (Riwayat Ahmad, al-Nasai dan Ibn Abi ‘Asim. Dinilai oleh al-Albani)

Sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersada: “Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.” (HR muslim 4773)

"dunia ini umpana lautan yang luas. kita adalah kapal yang belayar di lautan. telah ramai kapal karam didalamnya... andai muatan kita adalah iman, dan layarnya takwa, nescaya kita akan selamat dari tersesat di lautan hidup ini."

Sunday, May 22, 2011

Nikmat Bersama Allah


Wahai Allah Dzat Yang Maha Mengetahui segala ilmu, Yang Maha Menciptakan Dienul haq, sesungguhnya hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui Islam yang sebenar-benarnya. Karena itu, tuntunlah kemampuan hamba-Mu ini untuk mengutarakan kebenaran-Mu.

Jadikan siapa pun yang ikut menyimak kebenaran-Mu ini, Kau bersihkan hatinya dengan sebersih-bersihnya, sehingga tidak ada satu niat pun, kecuali ingin mencari kebenaran-Mu untuk bekal bisa bertemu dengan-Mu.

Tidak ada kenikmatan yang lebih besar di dunia ini daripada nikmat mengenal Allah. Bahkan bagi orang yang sudah mengenal-Nya, nikmat dunia dan seisinya ini tidak akan mampu menandinginya. Alam semesta ini hanya sebagian kecil saja dari nikmat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.
Seseorang tidak akan bisa mengukur nikmat Allah dengan dunia yang ada di tangannya. Bahkan, alam semesta berikut isinya pun tidak akan mampu mendatangkan kenikmatan Allah yang tiada tandingannya. Bagi orang yang mengenal Allah, segala sesuatu kejadian yang menimpa dirinya hanyalah nikmat yang diberikan oleh-Nya semata.

Kurang uang adalah nikmat karena ia akan selalu berikhtiar di jalan Allah, sehingga menambah pahala ikhtiar dan kesabaran jika dirinya tawakkal kepada-Nya. Banyak uang pun merupakan nikmat, karena bisa lebih banyak mempunyai kesempatan untuk beramal di jalan Allah.

Badan sehat adalah nikmat, karena ia lebih mampu untuk melakukan ibadah, beramal, dan berjihad di jalan Allah. Sakit pun merupakan nikmat, karena akan melebur segala dosa jika dirinya tabah dan sabar menerimanya dengan tidak meninggalkan ikhtiar zhahir; mencari obat penyembuh.
Dipuji adalah nikmat, karena bisa mendengarkan kebesaran Allah dan merasakan bagaimana hebatnya Allah menutupi aibnya. Dihina pun merupakan nikmat karena bisa melihat kejelekan-kejelekan diri sendiri di samping bisa menjadi ladang pahala sabar bagi dirinya sendiri.

Bagi orang yang mengenal Allah, semua kejadian adalah nikmat semata. Subahanallah! Mudah-mudahan kita semua digolongkan oleh-Nya menjadi ahli ma'rifat seperti itu. Namun sayang, ternyata hanya sedikit sekali orang yang mengenal Allah. Kebanyakan hanya tahu nama saja, tidak bisa merasakan kelezatan nikmat bersama-Nya.

Padahal, barangsiapa sudah merasa bersama-Nya, tidak mungkin merasa kesepian karena Allah 'Azza wa Jallaa senantiasa bersama hamba-Nya, bahkan lebih dekat dari urat lehernya sendiri.
Bagi orang yang sudah mengenal Allah, tidak mungkin lupa barang sedetik pun kepada-Nya!


Bagaimana akan lupa, kalau setiap mata memandang segala sesuatu, yang terbayang dalam benaknya adalah hasil pekerjaan-Nya. Kalau setiap telinga mendengarkan sesuatu, niscaya segala yang berbunyi itu buah tangan-Nya. Kalau setiap mulut memakan dan meminum sesuatu, mutlak segala makanan dan air itu ciptaan-Nya. Tidak bisa tidak.

Tidak akan merasa kesepian di kala sepi dan terlena di kala ramai bagi orang yang sudah ma'rifat kepada-Nya. Karena, Allah-lah Dzat yang selalu memelihara dan mengawasi setiap makhluk-Nya dengan tanpa mengenal lupa. Di tengah orang banyak, di tengah pertempuran, di mana saja, mesti ingat kepada-Nya!
Allah pun pasti akan mencabut rasa takut dari hati orang yang telah ma'rifat kepada-Nya. Bagaimana akan takut, sedang segala yang ditakuti juga diurus oleh-Nya dan pasti akan musnah. Tiada daya dan kekuatan, kecuali atas ijin dan inayah-Nya. Laa khaulaa wa laa quwwata illaa billaah!

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu." [QS. At Taghabun (64): 11]

Lantas, adakah ahli ma'rifat takut miskin? Pasti tidak! Karena, Allah adalah Dzat Yangmahakaya. Bukankah jagad raya dan alam semesta ini semuanya milik Allah? Bagaimana mungkin takut miskin kalau sudah kenal dengan Dzat Yang Menguasai segalanya? Makhluk, sedikit pun tidak memiliki kekuasaaan untuk mempunyai apa-apa, bahkan tubuhnya sendiri pun mutlak milik-Nya.

Takut miskin itu karena kita belum kenal akan kehebatan dan kekayaan Allah, ragu terhadap pembagian kekayaan dari-Nya. Allah-lah Yang Mahaberkehendak dan Mahabijaksana. Tiada sedikit pun tandingan bagi-Nya. Allahu Akbar...!

Sungguh, dunia ini tiada artinya. Karena yang hebat dan indah itu hanyalah Allah semata. Oleh sebab itu, tatkala mata terpesona kepada dunia, sebenarnya bukanlah kepada dunianya, melainkan kepada kehebatan perbuatan-Nya Dengan demikian, tidak ada sedikit pun kekurangan dan kejelekan di dunia ini jika dikaitkan kepada Allah.

Kendati mata melihat binatang yang menjijikkan penuh kuman penyakit sekalipun, pandangannya akan tetap penuh syukur kepada-Nya. Mahasuci Engkau ya Allah, segala puji bagi-Mu yang telah mentakdirkan kami sebagai makhluk ciptaan-Mu yang sempurna.

Itulah golongan orang yang sudah merasakan kelezatan dunia. Ternyata kebahagiaan di dunia ini tidak semata dilihat dari bentuk duniawinya. Karena, kalau cuma itu yang dijadikan sebatas tanda kebahagiaan, berarti lebih banyak orang kafir yang hidupnya bahagia, karena mereka lebih banyak dilimpahi kekayaan dunia.

Alhamdulillah, ternyata yang namanya bahagia adalah jika kita senantiasa bisa bersama Allah dalam segala keadaan. Imam Al Ghazali menulis dalam bukunya bahwa akan sedikit di antara umat Muhammad yang masuk kedalam golongan 'Aarifiin (golongan yang mengenal Allah).

Sebagian besar orang sebelum hatinya ingat kepada-Nya, telah terlebih dahulu ditutupi dengan selalu ingat kepada dunia dan segala isinya. Dunia yang hanya sebagian kecil dari alam semesta saja sudah dapat menutupi hatinya, bagaimana mungkin bisa memasuki tingkat ma'rifat kepada Allah yang menguasai segala jagad raya alam semesta ini.

Sebagian besar dari kita lebih suka kepada dunia daripada mengharapkan bertemu dengan-Nya. Kita lebih suka dipandang mulia oleh sesama manusia daripada mencari kemuliaan yang telah dijanjikan-Nya kepada orang-orang yang bertaqwa. Padahal Allah-lah Dzat yang memiliki dan menguasai kebesaran dan kemuliaan. "Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan." (QS. Ar Rahman [55]: 27)

Friday, May 20, 2011

Amalan puasa dan manusia sejagat


  
Firman Allah “Wahai orang-orang yang percaya, dituliskan bagi kamu berpuasa sebagaimana dituliskan bagi orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa (takut kepada Tuhan)” (2:183).
Manusia sejak dari zaman dahulu kala lagi telah mengenali amalan puasa. Mereka berpuasa bukan sahaja didorong oleh agama tetapi juga kerana beberapa tujuan tertentu.
Orang Greek dikatakan mengetahui mengenai puasa daripada orang Mesir purba. Mereka berpuasa sejurus sebelum mereka pergi berperang. Orang Rome yang mengikuti jejak langkah orang Greek juga berpuasa, terutamanya apabila diserang oleh musuh, untuk memperoleh kemenangan. Mereka percaya amalan puasa menguatkan mereka dan mengajar mereka kesabaran dan ketahanan, iaitu dua nilai yang diperlukan untuk kejayaan dalam perjuangan melawan nafsu batin mahupun musuh yang lahir.
Amalan puasa bagi mereka yang menempuh masa dugaan dan kesengsaraan juga dilakukan oleh orang Cina purba, sementara amalan itu, dalam kebanyakan agama yang terawal, hanya bertujuan supaya tuhan-tuhan berbudi baik atau untuk menambahkan bekalan makanan mereka. 
Lain pula dengan kepercayaan Hellensitik purba. Tuhan-tuhan mereka dipercayai menyampaikan wahyu dalam mimpi dan visi hanya selepas berpuasa dengan penuh ikhlas.
Seperti itulah orang dayak di Amerika Utara yang mengamalkan puasa sebelum atau sedang dalam ikhtiar mendapatkan visi. Golongan syaman (orang alim yang dikatakan mempunyai kuasa untuk menyembuhkan penyakit dan berhubung secara psikik), di kalangan orang Evenk atau dulu dipanggil Tungus dari Siberia, lazimnya menerima visi yang awal bukan dengan sesuatu ikhtiar tetapi setelah jatuh sakit yang tidak dapat diterangkan; namun, selepas visi awal itu mereka berpuasa dan melatih diri untuk melihat visi yang selanjutnya dan untuk mengawal roh. 
Puasa juga dilakukan kerana sesuatu sambutan yang dianggap suci. Golongan paderi di kalangan kaum dayak Pueblo di barat-daya Amerika berpuasa semasa mereka menyendiri sebelum upacara utama yang berkaitan dengan pertukaran musim.
Di negeri Cina, mereka lazimnya berpuasa pada suatu jangka masa yang ditentukan sebelum melakukan sesuatu pengorbanan pada malam solstis musim sejuk iaitu ketika kuasa Yang (kuasa positif) dipercayai memulakan kitaran barunya. Amalan in telah diberhentikan pada tahun 1949.
Puasa dalam sesetengah agama dilakukan semasa berkabung setelah berlaku kematian ahli keluarga umpamanya. Dalam yang lain, manusia percaya puasa dapat menghilangkan perasaan kebendaan dalam jiwa mereka serta melahirkan keadaan rohaniah yang tenang dan gembira.
Dalam anutan Jain, berpuasa menurut cara-cara tertentu serta melakukan meditasi tertentu akan membawa kepada keadaan bersawai, atau menurun, yang membolehkan individu memisahkan diri daripada dunia dan sampai ke tahap transendent. Judaisme juga sependapat iaitu amalan puasa boleh menyebabkan keadaan bersawai yang melaluinya wahyu akan diterima.
Adat Mesir dan Babylon purba menganggap amalan puasa sebagai satu cara untuk menebus dosa berserta tindakan lain yang menunjukkan kesedihan atas salah laku. Ini kemudiannya diikuti oleh bangsa-bangsa lain yang menyifatkan puasa sebagai satu cara untuk menebus kesilapan dan dosa, lantas menghindarkan mereka daripada kemurkaan tuhan-tuhan.
Beberapa puak di Peru sebelum zaman Columbus juga menganggap puasa sebagai satu daripada syarat untuk menebus dosa setelah individu membuat pengakuan di hadapan paderi. Dalam banyak kebudayaan amalan itu difikirkan sebagai suatu cara untuk meredakan kemarahan dewa atau sebagai suatu usaha yang boleh menolong untuk menghidupkan semula dewa yang sudah mati, seperti dewa tanaman. 
Di dalam al-Quran puasa turut disebut sebagai satu daripada cara untuk menebus kesalahan. Pertama, kesalahan yang berkaitan dengan ibadah haji. Terdapat 2 ayat mengenainya:
1. “Sempurnakanlah Haji dan umrah kerana Allah; tetapi jika kamu dihalangi, maka pemberian yang mudah didapati, dan jangan mencukur kepala kamu sehingga pemberian itu sampai di tempat korban. Jika sesiapa antara kamu sakit, atau ada gangguan di kepalanya, ditebus dengan berpuasa, atau bersedekah, atau berkorban. Apabila kamu berasa aman, sesiapa yang menikmati umrah sehingga Haji, maka hendaklah pemberiannya daripada yang mudah didapati, atau jika dia tidak mendapati sesuatu, maka berpuasalah tiga hari dalam Haji, dan tujuh apabila kamu kembali. Itulah sepuluh, genap; demikian itu adalah bagi orang yang keluarganya tidak hadir di Masjidil Haram. Dan takutilah Allah, dan ketahuilah bahawa Allah keras dalam pembalasan sewajarnya” (2:196).
2. “Wahai orang-orang yang percaya, janganlah membunuh binatang buruan sedang kamu dalam haram (ihram); sesiapa antara kamu yang membunuhnya dengan sengaja, akan ada balasannya dengan yang serupa apa yang dia telah bunuh, daripada binatang ternak, yang dihakimkan dua orang yang adil antara kamu, sebagai pemberian yang dibawa ke Kaabah; atau penebusan - memberi makan orang-orang miskin, atau yang sama dengan itu dalam puasa, supaya dia merasai keburukan daripada pekerjaannya.” (5:95).
Kedua, dalam kes pembunuhan. Firman-Nya:
“Tiadalah bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin melainkan dengan tersilap, dan sesiapa membunuh seorang mukmin dengan tersilap, maka hendaklah dia memerdekakan seorang hamba yang mukmin, dan ganti rugi hendaklah dibayar kepada keluarganya, kecuali mereka menyedekahkannya. Jika dia daripada kaum yang bermusuhan dengan kamu, dan dia seorang mukmin, maka pembunuh hendaklah memerdekakan seorang hamba yang mukmin, dan jika dia daripada kaum yang berhubungan dengan kamu dengan perjanjian, maka ganti rugi hendaklah dibayar kepada keluarganya, dan pembunuh akan memerdekakan seorang hamba yang mukmin; jika dia tidak mendapatkannya, hendaklah dia berpuasa dua bulan berturut-turut - taubat Allah; Allah adalah Mengetahui, Bijaksana” (4:92).
Ketiga, untuk menebus sumpah yang tidak disempurnakan. Firman-Nya:
“Allah tidak mempertanggungjawabkan kamu kerana sumpah kamu yang tidak sengaja, tetapi Dia mempertanggungjawabkan kerana ikatan yang kamu buat dengan sumpah-sumpah itu. Penebusannya ialah memberi makan sepuluh orang miskin dengan makanan yang biasa kamu memberikan keluarga kamu, atau memberi pakaian mereka, atau memerdekakan seorang hamba. Jika sesiapa tidak mendapatkannya, hendaklah dia berpuasa tiga hari. Itulah penebusan bagi sumpah-sumpah kamu apabila kamu bersumpah; jagalah sumpah-sumpah kamu. Begitulah Allah memperjelaskan kepada kamu ayat-ayat-Nya supaya kamu berterima kasih” (5:89).
Keempat dan terakhir, kerana menzihar isteri atau mengatakan kepada isteri "Kamu, kepadaku, adalah seperti punggung ibuku!" Firman-Nya:
“Dan orang-orang yang menzihar isteri-isteri mereka, kemudian mereka menarik kembali apa yang mereka telah mengatakan, mereka akan memerdekakan seorang hamba sebelum keduanya menyentuh satu sama lain .…. Tetapi sesiapa yang tidak mendapatkannya, maka hendaklah dia berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya menyentuh satu sama lain. Dan jika sesiapa yang tidak boleh, maka hendaklah dia memberi makan enam puluh orang miskin - itu, supaya kamu mempercayai Allah dan rasul-Nya. Itulah hudud (had-had) Allah; dan bagi orang-orang yang tidak percaya, azab yang pedih” (58:3-4).
Antara agama-agama Barat seperti Judaisme, Kristian dan Islam, hanya Zoroastrianisme mengharamkan puasa kerana percaya bahawa amalan yang zahid itu tidak akan membantu untuk mengukuhkan orang yang taat dalam perjuangan mereka melawan syaitan.
Walaupun puasa secara formal tidak dititikberatkan dalam Perjanjian Baru (New Testament) daripada kitab Bible (bukan Injil), ia akhirnya menjadi amalan zahid penghuni padang pasir dan biarawan lelaki dan perempuan yang melihatnya sebagai suatu langkah yang perlu untuk membebaskan jiwa daripada keinginan dan ikatan duniawi.
Namun, secara beransur-ansur lahirlah amalan puasa yang bermusim dalam tradisi agama Kristian, seperti tempoh Lent, iaitu 40 hari sebelum Easter untuk insaf, dan hari-hari Rogation semasa musim bunga untuk merayu mendapatkan hasil tanaman yang baik, dan hari-hari Ember, iaitu masa untuk sembahyang dan puasa dalam setiap musim setahun. Terdapat juga puasa mingguan pada hari Rabu dan Jumaat, dan puasa sebelum meraikan upacara penting dalam kehidupan seseorang seperti baptism, upacara pentahbisan (untuk menjadi paderi), kemasukan dalam golongan kesatria (knighthood), dan sambutan Eucharist.
Kerana perkembangan yang pesat dalam pergerakan zahid pada abad pertama dan kedua, amalan puasa menjadi suatu cara penting untuk menanggalkan badan daripada ikatan amalan kebendaan dan keseronokan, lalu membolehkan individu mencapai darjat tinggi yang baik dan mendekatkan dengan roh suci. Pun begitu, para biarawan diberi amaran supaya menjauhkan berpuasa dengan melampau yang boleh memudaratkan badan dan roh.
Selain mengamalkan puasa 40 hari dalam tempoh Lent, mazhab Roman Katholik dan Ortodoks Timur berpuasa semasa Advent, iaitu suatu jangka masa untuk bertaubat sebelum Krismas. Di kalangan Roman Katholik amalan itu telah diubah sejak Kaunsel Vatican yang kedua (1962-65) untuk mengizinkan individu membuat pilihan yang lebih luas, dengan berpuasa wajib hanya pada hari Ash Wednesday dan Good Friday semasa Lent. Gereja Ortodoks Greek pula telah menghapuskan puasa yang tegar sementara gereja-gereja Protestant umumnya memberi pilihan kepada ahli masing-masing untuk membuat keputusan sendiri mengenai amalan puasa.
Kitab Hindu ada menyebut mengenai seorang wali zaman purba bernama Dadhichi yang berpuasa dan melakukan meditasi selama beberapa tahun. Dia melakukannya sambil duduk dengan tidak mengubah kedudukannya. Apabila dia dijumpai hanya tulangnya sahaja yang tinggal dan dia disaluti lumpur berbentuk seperti sebuah busut. Brahma, pencipta alam semesta, dan golongan Asura telah mengambil tulang-tulangnya lalu dibuat senjata daripadanya untuk melawan musuh mereka iaitu golongan Sura. Asura menang dalam peperangan ini.
Begitu tinggi sekali darjat diberi kepada Dadhichi yang berpuasa. Di India orang-orang Hindu yang dianggap suci (sadhu) dikagumi kerana mereka selalu berpuasa secara peribadi atas pelbagai sebab. Orang zahid Hindu dan Jain berpuasa ketika dalam haji dan semasa bersedia untuk perayaan-perayaan agama tertentu.
Sami Buddha dari mazhab Theravada berpuasa pada hari-hari suci (uposatha) pada setiap bulan sementara dalam agama orang Cina klasik, puasa diamalkan sebelum masa untuk mereka berkorban. Walaupun Buddha mengajar kesederhanaan dalam puasa, ramai sami Buddha lelaki dan perempuan berpegang teguh kepada adat makan hanya sekali sehari, dan mereka dikehendaki berpuasa pada hari bulan baru atau bulan penuh. Di kalangan penganut Buddha hari ini adalah lazim bagi mereka berpuasa dan membuat pengakuan atas dosa yang dilakukan sebanyak empat kali sebulan. Mereka percaya puasa adalah satu daripada 13 amalan yang membawa kepada kehidupan yang gembira di samping menjadi alat untuk menyucikan diri.
Dalam kepercayaan orang Yahudi, puasa adalah suatu jangka masa apabila seseorang menahan diri daripada makan dan tidur. Lazimnya ia bersangkutan dengan perbuatan menahan diri yang lain. Contoh dalam Bible termasuk Daniel yang tidak berurap (Daniel 10:3), dan keengganan (Nabi) Daud untuk menukar pakaian dan mandi semasa dia berpuasa (II Samuel 12:16-20).
Para rabai menyatakan bahawa puasa adalah jawapan kepada keperluan rohaniah dan membayangkan, dalam erti kata yang seluasnya, ia adalah suatu bentuk “penyeksaan kepada roh.” Maka puasa tertinggi pada Hari Penebusan (Yom Kippur) mengandungi segala bentuk larangan di samping menjadi hari untuk sembahyang, insaf dan menahan diri.
Adalah dipercayai bahawa hasil daripada semua sekatan ini dan rayuan yang dipohonkan adalah perasaan insaf dan taubat iaitu suatu proses yang mendekatkan diri dengan komitmen terhadap Tuhan.
Aspek kemanuisaan daripada amalan puasa tidak juga dikecualikan oleh ketua-ketua agama orang Yahudi: “Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri” (Yesaya 58:6-7).
Di samping taubat menjadi pendorong utama, terdapat 2 lagi fungsi puasa orang Yahudi. Pertama ialah tanggapan bahawa ia adalah “permintaan istimewa” atau rayuan, sama ada awam dan terbuka, atau peribadi. Yang lagi satu ialah sebagai tanda perkabungan untuk peristiwa yang menyedihkan dalam kehidupan peribadi atau dalam sejarah orang Yahudi.
Dari sudut lain, puasa digunakan sebagai persediaan untuk berhubung dengan alam yang lebih tinggi atau untuk menerima wahyu.
Puasa orang Yahudi seperti yang diketahui hari ini termasuk yang termaktub dalam Bible, puasa yang dikenakan oleh pendeta, dan puasa yang dibebankan sendiri oleh individu. Puasa daripada Bible ialah yang diamalkan pada Hari Penebusan, yang tujuannya adalah taubat, pada bulan Tisheri iaitu bulan yang pertama dalam kalendar Yahudi.
Puasa Ester adalah tipikal bagi puasa yang berkaitan dengan malapetaka. Ia dilakukan untuk memperingati puasa Ratu Ester sebelum rayuan yang dibuat kepada Raja Achashverosh untuk rakyatnya seperti yang dikisahkan dalam buku Ester (Bible).
Puasa ini masih diamalkan hingga ke hari ini, iaitu merupakan suatu contoh puasa yang ditetapkan oleh para pendeta. Contoh lagi ialah puasa Anak Pertama, yang dilakukan oleh anak lelaki pertama dalam keluarga Yahudi untuk memperingati mereka yang diselamatkan daripada penyakit hawar yang dikenakan ke atas orang Mesir semasa peristiwa Exodus. Sebagai tambahan, terdapat 4 jenis puasa yang berkaitan dengan kemusnahan Bait Suci (Temple) dan kesusahan utama yang lain yang dialami orang Yahudi.
Puasa peribadi termasuk bagi pasangan pada hari perkahwinan mereka, puasa selepas mimpi yang buruk, atau pada hari kematian saudara yang dekat di samping pada pusingan hari Isnin-Khamis-Isnin atau Behab yang dilakukan oleh orang alim selepas perayaan Pesach dan Sukkot.
Hampir kesemua jenis puasa bermula dari waktu fajar hingga waktu senja. 
Di samping peranannya dalam agama, puasa digunakan manusia untuk melahirkan sesuatu pandangan terutamanya dalam protes atau perpaduan. Mahatma Gandhi telah menggunakan pendekatan ini dengan berpuasa dalam penjara untuk menebus keganasan yang melampau oleh pengikutnya yang tidak mengamalkan ajaran “ahimsa” (tanpa keganasan) menentang British di India. Dia kemudiannya selalu berpuasa untuk tujuan sosial dan politik yang lain.
Dick Gregory, seorang pelawak kulit hitam di Amerika tahun 60an, berpuasa yang bukan sahaja memprotes terhadap kehadiran askar Amerika di Asia Tenggara tetapi juga terhadap pencabulan hak asasi kaum dayak di Amerika.
Pada tahun 1981, 10 orang nasionalist mati di penjara Belfast semasa mogok lapar yang dilancarkan, termasuk Bobby Sands, seorang daripada ketua mereka, yang meninggal dunia setelah 66 hari dia “berpuasa”. Mereka mendesak supaya mereka diterima sebagai tahanan politik bukan sebagai penjenayah.
Ramai tokoh sejarah dan sains juga berpuasa. Socrates dan Plato berpuasa selama 10 hari untuk kesihatan mental dan fizikal. Pythagoras berpuasa selama 40 hari sebelum menduduki peperiksaan di Universiti Alexandria. Aristotle, Galen, Paracelsus, and Hippocrates turut berpuasa. Lama sebelum itu, Siddhartha Gautama atau Buddha telah mengamalkannya juga.
Menurut kitab Bible, Yesus (Nabi Isa) berpuasa selama 40 hari: “Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus” (Matius 4:2). Orang Kristian juga percaya bahawa Nabi Musa telah berpuasa semasa berada di Gunung Sinai selama 40 hari untuk menerima “loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk diajarkan kepada mereka” (Keluaran 24:12). Itulah peristiwa penurunan kitab Taurat.
Ia seakan-akan sama dengan peristiwa penurunan kitab al-Quran yang berlaku pada bulan yang diwajibkan berpuasa. Firman-Nya: “Bulan Ramadan yang padanya al-Quran diturunkan untuk menjadi satu petunjuk bagi manusia, dan sebagai bukti-bukti yang jelas daripada Petunjuk itu, dan Pembeza. Maka hendaklah orang-orang antara kamu yang menyaksikan (hadir) pada bulan itu, berpuasa” (2:185).
Ayat itu merupakan juga ayat al-Quran yang pertama mengandungi perkataan “al-Quran”. Daripadanya difahamkan iaitu amalan puasa diwajibkan sempena kedatangan al-Quran untuk menjadi petunjuk wajib kepada manusia. Kitab itu adalah satu-satunya bukti bagi petunjuk yang benar di samping menjadi pembeza untuk mengenali yang benar dan yang palsu.
Maka berpuasalah umat Islam apabila bulan Ramadan bermula tanpa pergi ke pantai atau bukit untuk melihat anak bulannya. Ini ialah kerana manusia telah mendalami ilmu falak sehingga mampu mengira kejadian gerhana bulan atau matahari dengan tepat pada hari, waktu dan minitnya. Malah, Tuhan mahupun Rasul-Nya, tidak menyuruh melihat anak bulan.
Tuhan telah lama mengajar manusia ilmu ini seperti yang disebut dalam firman-Nya yang berbunyi 
“Dia yang membuatkan matahari satu sinaran, dan bulan satu cahaya, dan menetapkan ia dengan pengkalan-pengkalan, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan …. Dia menjelaskan ayat-ayat bagi kaum yang mengetahui” (10:5).
Hasil daripada itu, orang Mesir telah mencipta kalendar pertama yang tepat pada kira-kira tahun 4200 S.M. dengan bilangan hari sebanyak 365 setahun. Orang Babylon (atau Babil di dalam al-Quran) pula telah menghasilkan kalendar “lunar” dengan 354 hari setahun yang diusahakan antara tahun 3000 dan 2000 S.M. Kedua-dua kalendar ini menetapkan 12 bulan bagi satu tahun. Firman-Nya, 
“Bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan dalam Kitab Allah pada hari Dia mencipta langit dan bumi” (9:36).
Tambahan pula dalam ayat 2:185 di atas perkataan “bulan” pada frasa “menyaksikan pada bulan itu” bukan bermaksud “moon” tetapi “month” dalam bahasa Inggeris. Maka amalan melihat anak bulan Ramadan atau Syawal adalah hanya suatu pembaziran rekaan para ulama.
Masa berpuasa ditetapkan dengan arahan Allah berbunyi, 
“Dan makan dan minumlah, sehingga benang putih menjadi jelas bagi kamu daripada benang hitam, pada fajar, kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam” (2:187).
Maka umat Islam berpuasa dari permulaan waktu fajar hingga masuk waktu malam. Akan tetapi mereka yang menuruti ajaran ulama berpuasa dari waktu subuh hingga ke waktu maghrib. Kedua-dua waktu ini dengan sebutan namanya saja menunjukkan kelainan dengan waktu fajar dan malam seperti yang diajar oleh Tuhan. 
Waktu subuh adalah waktu sebelum fajar, sementara waktu maghrib pula adalah waktu sebelum malam. Perkataan malam adalah “lail” dalam bahasa Arab. Dalam konteks al-Quran, waktu malam adalah waktu gelap iaitu waktu yang tiada lagi cahaya siang.
Perkataan subuh dan fajar ada kaitan dengan amalan solat. Daripada al-Quran, dan hadis, disebut dengan jelas nama “solatil fajri”, atau solat fajar, bukan “solatil subhi”, atau solat subuh, seperti yang diajar ulama. Justeru umat yang menuruti petunjuk al-Quran memulakan puasa, setelah masuk waktu fajar, dengan solat fajar dan mengakhirkannya dengan solat "maghrib". Selepas solat, apabila gelap, mereka berbuka puasa.
Dengan itu, puasa bermula pada kira-kira pukul 6.30 pagi dan berakhir kira-kira setengah jam selepas masuk waktu "maghrib".
Puasa bermaksud menahan diri daripada makan dan minum (2:187). Larangan tambahan seperti mengorek hidung atau telinga yang dikatakan boleh membatalkan pahala puasa tidak dinyatakan di dalam al-Quran kerana tiada kaitan dengan makan dan minum, atau bercakap bohong dan sebagainya yang tidak seharusnya dijauhkan semasa dalam puasa sahaja. Lantas, puasa menurut ajaran Tuhan bebas daripada belenggu yang dikenakan oleh ulama.
Bercampur dengan isteri turut dilarang tetapi diharuskan pada waktu malam. Sebelum al-Quran turun ia dilarang sama sekali sepanjang musim puasa. Firman-Nya: 
“Dihalalkan bagi kamu, pada malam puasa, bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagi kamu, dan kamu, pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahawa kamu mengkhianati diri-diri kamu sendiri, dan menerima taubat kamu, dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka ….. dan janganlah mencampuri mereka sedang kamu bertekun (iktikaf) di masjid” (2:187).
Hanya orang yang sakit atau dalam perjalanan sahaja dikecualikan daripada berpuasa (2:184 dan 2:185). Orang yang meninggalkan puasa dikehendaki berpuasa pada hari atau hari-hari lain untuk mencukupkan bilangan hari. Bilangan hari untuk sebulan dalam kalendar lunar ialah dua puluh sembilan atau tiga puluh.
Sekiranya dia tidak mampu berpuasa pada hari-hari lain maka dia hendaklah menuruti ketetapan daripada Allah yang berbunyi, 
“Dan jika sesiapa antara kamu sakit, atau jika dia dalam perjalanan, maka sebilangan daripada hari-hari yang lain; dan bagi orang-orang yang tidak boleh, ditebus dengan memberi makan seorang miskin, tetapi lebih baik baginya, yang membuat kebaikan dengan sukarela, bahawa kamu berpuasa adalah lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui” (2:184).
Allah menegaskan iaitu berpuasa adalah lebih baik daripada memberi makan kepada orang miskin untuk orang yang tidak cukup bilangan hari puasanya. Ini ialah kerana kebaikan yang tidak diketahui. Hanya yang diketahui dengan nyata mengenai kelebihan berpuasa adalah daripada dapatan ahli filasafah, sains dan doktor. Pada pendapat ramai daripada mereka, puasa adalah penting dalam kehidupan, kesihatan dan proses penyembuhan yang diperlukan untuk mewujudkan semula kesihatan yang baik apabila dihinggap penyakit.
Puasa adalah satu-satunya terapi pemulihahan yang semula jadi. Ia adalah unsur alam yang purba lagi sejagat sebagai “ubat” untuk banyak masalah. Seperti haiwan dengan tingkah laku kenaluriannya berpuasa apabila jatuh sakit. Ikan salmon perak berpuasa berminggu-minggu lamanya ketika berenang ke hulu sungai yang jaraknya beratus batu untuk bertelur. Ratu semut tidak makan apa-apa sehingga telurnya menetas. Banyak jenis serangga dan haiwan berpuasa dalam hibernasi.
Hippocrates, bapa perubatan, mensyorkan puasa kepada ramai pesakitnya. Katanya, “Apabila kamu memberi makan kepada orang yang sakit, kamu memberi makan kepada penyakit. Sebaliknya pula, jika kamu menahan makanan, penyakit itu akan menyurut.”
Penyakit seperti akne dan ekzema, tinitus (bunyi dalam telinga yang kronik), gayat, fibromialgia, glaukoma, displasia serviks, sakit leher dan pinggang yang kronik, polimialgia reumatika, dan banyak yang lain boleh dibantu dengan puasa dalam proses pemulihannya. Kepekakan pun dapat dipulihkan dengan berpuasa menurut suatu laporan doktor yang disedarinya ketika merawat penyakit lain.
Tanda-tanda ketagihan (withdrawal symptoms) dalam penagihan dadah seperti alkohol, kokaina, nokotina dan kafeina dapat dihilangkan dengan cepat semasa pesakit berpuasa.
Puasa dikatakan juga boleh memberi manfaat kepada keadaan kesihatan seperti demam selesema, aterosklerosis, flu, penyakit arteri koronari, bronkitis, angina pektoris, pening atau sakit kepala, hipertensi, sembelit, diabetes atau kencing manis, ketakcernaan, demam, cirit-birit, alahan alam persekitaran, penyakit lelah, gemuk, insomnia, kanser, sakit kulit, dan epilepsi.
Amalan itu juga didapati berkesan dalam beberapa kes keletihan terutamanya apabila ia disebabkan oleh kongesi organ dan tenaga, dan kepada ramai pesakit mental, dari kerisauan ke skizofrenia. Kesemua ini adalah hanya beberapa kelebihan dalam amalan puasa yang dapat dikesan.
Allah, di dalam Kitab petunjuk-Nya, tidak menyebut mengenai bentuk ganjaran atau pahala bagi orang yang berpuasa. Dia hanya menyebut upah yang besar. Firman-Nya, 
“Lelaki yang muslim dan perempuan yang muslim, dan lelaki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, dan lelaki yang patuh dan perempuan yang patuh, dan lelaki yang benar dan perempuan yang benar, dan lelaki yang sabar dan perempuan yang sabar, dan lelaki yang merendah hati dan perempuan yang merendah hati, dan lelaki yang bersedekah dan perempuan yang bersedekah, dan lelaki yang berpuasa dan perempuan yang berpuasa, dan lelaki yang menjaga kemaluan mereka dan perempuan yang menjaga, dan lelaki yang mengingat Allah dengan banyak dan perempuan yang mengingat - bagi mereka, Allah menyediakan keampunan dan upah yang besar” (33:35).
Tidak juga disebut oleh Allah mengenai puasa sunat yang begitu banyak dianjurkan oleh para ulama. Selain bulan Ramadan, yang ditetapkan Allah, mereka menganjur puasa sunat pada bulan Rejab, Muharram, Zulkaedah dan Zulhijjah kecuali pada Hari Raya Haji dan Hari Tasyrik. Tambahan seperti ini mirip kepada perbuatan paderi atau rabai agama Kristian atau Yahudi.
Contoh puasa sunat rekaan ulama adalah “puasa enam” pada bulan Syawal, hari Asyura, hari Isnin dan Khamis, puasa al Bidh (puasa bulan putih) pada tarikh 13,14, dan 15 setiap bulan, Nispu Syaaban, dan tiga hari berturut-turut pada setiap bulan dengan bulan pertama dimulai pada hari Sabtu, Ahad dan Isnin, dan bulan kedua dari hari Selasa, Rabu dan Khamis. Kemudian bulan ketiga mulai semula seperti bulan pertama dan seterusnya.
Antara ganjaran pahala yang dijanjikan para ulama (yang tidak dijanjikan Allah di dalam al-Quran) untuk puasa sunat adalah pahala puasa setahun bagi puasa enam, pahala puasa selama-lamanya bagi puasa al Bidh, dan pahala puasa sebulan bagi puasa pada awal Rejab, pertengahannya dan akhirnya.
Pahala puasa bulan Rejab banyak disebut. Contohnya ialah puasa 3 hari pada bulan itu akan diselamatkan oleh Allah daripada bahaya dunia, seksa akhirat, penyakit gila, fitnah syaitan dan dajjal, dan 15 hari, Allah akan menghapuskan dosa-dosanya yang telah lalu dan mengganti semua kejahatan dengan kebaikan. Ada pula ajaran lain yang menyatakan puasa 15 hari itu seperti puasa 100,000 tahun, dan 13 hari seperti puasa 3,000 tahun, dan 14 hari seperti puasa 10,000 tahun.
Dikatakan juga puasa sehari pada bulan Rejab mendapat syurga yang tertinggi (Firdaus) sementara pendapat lain yang menyatakan puasa sehari adalah seperti mengerjakan ibadat seumurnya. Puasa 10 hari pada bulan Rejab dijadikan 2 sayap, terbang seperti kilat diatas titi Sirotolmustaqim pada hari Qiamat. Ini semua adalah hanya janji ulama yang tidak bersekutu dengan Allah dalam kerajaan-Nya. Namun janji-janji seperti inilah yang membuat mereka dikasihi oleh ramai orang Melayu.
Kesemua ajaran dan janji ulama dalam puasa bulan Ramadan dan puasa sunat yang tidak disebut di dalam al-Quran didapati tidak juga diajar oleh Rasul-Nya. Firman-Nya: “Sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan terhadap Kami sebarang ucapan, tentu Kami mengambilnya dengan tangan kanan, kemudian pasti Kami memotong urat jantungnya, dan tiadalah seseorang daripada kamu yang dapat menghalangi dia. Sesungguhnya ia (al-Quran) adalah Peringatan bagi orang-orang yang bertakwa (takut kepada Tuhan), tetapi Kami mengetahui bahawa antara kamu ada yang mendustakan. Sesungguhnya ia (al-Quran) adalah satu penyesalan bagi orang-orang yang tidak percaya, dan sesungguhnya ia adalah yang benar yang diyakini, maka sanjunglah nama Pemelihara kamu, Yang Agung” (69:44-52).

Monday, March 28, 2011

"Kanak-kanak Palestin disiksa secara seksual dalam tahanan"

Pada bulan Ogos baru lalu, seorang jurnalis akhbar Israel Hareetz bernama Amira Hass telah menulis tentang tindakan tentera Zionis menangkap kanak-kanak dari sekolah mereka dan kemudiannya disiksa dan dihina ketika ditangkap dan berada dalam tahanan. Kanak-kanak ini kebanyakannya tangkap atas tuduhan melontar batu. Mereka lazimnya dikurung di dalam penjara tentera atas tuduhan memberi keterangan dan maklumat palsu di mahkamah tentera Zionis, termasuklah kerana enggan mengaku bersalah.
Amira Hass, seorang jurnalis dan penulis Israel kelahiran Jerusalem merupakan seorang yang berhaluan kiri dan terkenal dengan laporan-laporan kritis, sehinggakan beliau pernah mendapat anugerah-anugerah jurnalism tertinggi. Antaranya, beliau pernah menerima anugerah Press Freedom Hero daripada International Press Institute pada tahun 2000, Bruno Kreisky Human Rights Award pada tahun 2002, UNESCO World Press Freedom Prize pada tahun 2003, dan juga Lifetime Achievement Award daripada International Women’s Media Foundation pada tahun 2009. Beliau sendiri pernah ditangkap oleh tentera Zionis ketika dalam perjalan memasuki negara haram Israel setelah pulang daripada menyertai pelayaran solidariti ke Gaza pada awal bulan Disember 2008.
Pada hakikatnya, sehingga 700 orang kanak-kanak Palestin ditangkap oleh tentera Zionis dalam tempoh satu tahun. Lazimnya mereka yang ditangkap akan didakwa atas tuduhan melempar batu ke arah kenderaan Israel atau tentera Zionis. Apa yang berlaku apabila kanak-kanak ini ditangkap dan ditahan? 97 peratus daripada kanak-kanak ini menjadi mangsa penyiksaan, bahkan 14 peratus daripada mereka menjadi mangsa gangguan seksual atau ancaman kekerasan seksual.
Melalui kajian ke atas 100 orang kanak-kanak berumur di antara 12 dan 17 tahun yang telah ditangkap sepanjang tahun lepas, Hass memberikan statistik terperinci yang menggambarkan kezaliman dan perlanggaran hak-hak kemanusiaan oleh tentera Zionis.
Menurut laporan Hass, penderaan ini berlaku dengan begitu ketara sejak dua tahun lalu apabila tentera Zionis menangkap sekumpulan kanak-kanak Palestin di kem pelarian Arroub atas tuduhan membaling batu ke arah kenderaan-kenderaan Zionis yang melalui kawasan tersebut.
Tentera Zionis mendakwa kanak-kanak tersebut ditangkap ketika sedang membaling batu. Namun apabila diselidiki oleh seorang wakil Yayasan Hati Nurani rakyat Palestin, Mahmoud Hassan, dakwaan itu ternyata tidak benar. Beberapa orang saksi termasuk guru sekolah mengesahkan bahawa kanak-kanak tersebut sebenarnya telah ditangkap ketika mereka berada di pintu masuk sekolah.
Dalam sesi terakhir perbicaraan kanak-kanak kem pelarian Arroub ini, mahkamah Zionis mengumumkan bahawa mereka akan membawa beberapa orang guru sekolah untuk memberi kenyataan di mahkamah. Guru-guru ini akan bersaksi bahawa tentera Zionis telah menangkap kanak-kanak berkenaan di sekolah, bahkan dari dalam kelas ketika mereka sedang belajar. Namun apa yang berlaku, mahkamah telah menarik balik pernyataan tersebut sebelum guru-guru hadir di mahkamah. Menurut Hass, ini hanyalah merupakan salah satu masalah yang menunjukkan peningkatan dalam penyalahguaan kuasa di mahkamah tentera Zionis terhadap kanak-kanak Palestin.
Yang pasti, jumlah kanak-kanak Palestin yang ditangkap dalam tempoh setahun mencecah sehingga 700 orang. Dari penelitian kajian ke atas kanak-kanak yang pernah ditangkap, sekitar 65 peratus daripada mereka ditangkap di antara waktu tengah malam dan jam 4:00 pagi. Sejurus selepas ditangkap, mereka kemudiaannya akan berhadapan dengan berbagai bentuk penyiksaan dan penganiayaan.
Hampir kesemua daripada mereka – 97 peratus, diikat pergelangan tangan dalam tempoh yang sangat lama, manakala 92 peratus daripada mereka ditutup mata untuk jangkasama yang lama juga. 69 peratus daripada mereka menjadi mangsa penderaan fizikal oleh askar dan juga penyiasat tentera, termasuklah ditampar, ditendang dan dihentak dengan menggunakan objek seperti senjata. 26 peratus daripada mereka dipaksa berada dalam keadaan atau posisi yang menyakitkan secara berterusan. Mereka juga tidak diberi makan dan minum.
Seorang kanak-kanak menyebut bahawa dia telah diikat, ditutup mata dan dipaksa duduk di atas lantai sebuah jip atau kenderaan tentera sepanjang perjalanan dibawa menuju ke penjara.
Selain daripada itu, 49 peratus dari kanak-kanak yang ditangkap telah diancam dengan kekerasan sekiranya mereka tidak mengaku bersalah. 32 peratus lagi mendakwa mereka dipaksa menandatangani surat pengakuan berbahasa Hebrew yang mereka sendiri tidak memahaminya.
Bagi Hass, beliau agak terkejut dengan dakwaan penyiksaan berbentuk seksual. Menurut beliau, mereka yang ditahan biasanya akan mengambil masa yang agak lama untuk menceritakan perkara ini kepada peguam yang menyiasat. Namun, semua kanak-kanak yang disoal-siasat dalam kajian ini menceritakan semuanya sejurus selepas mereka dibebaskan daripada tahanan. 50 peratus daripada kanak-kanak ini mendakwa mereka telah di hina secara seksual dalam bentuk fizikal dan verbal.
Seorang mangsa yang berumur 15 tahun telah ditampar dan disakiti kemaluannya apabila dia tidak mengaku bersalah atas tuduhan membaling batu dan bom Molotov. Menurut kanak-kanak ini, apabila beliau tidak mengaku membaling batu atau bom Molotov, askar yang bertanya akan menengking sambil memaki-hamun bahawa dia berbohong, dan seterusnya menyiksa kemaluannya selagi mana dia tidak mengaku berbuat kesalahan itu. Tidak tertahan siksaan, kanak-kanak ini akhirnya mengaku bersalah membaling batu.
Kezaliman seperti ini berterusan tanpa ada sebarang dakwaan di buat ke atas pihak berkuasa Zionis kerana ibupada atau wakil-wakil kanak-kanak ini tidak mempunyai keyakinan terhadap sistem pengadilan Israel yang akan dilalui. Malahan mereka bimbang sistem pengadilan atau pihak-pihak tertentu di Israel akan bertindak balas sekiranya mereka membuat sebarang dakwaan.
Undang-undang Israel mewajibkan semua proses interogasi oleh tentera Zionis dirakam. Namun ejen penyiasat Shin Bet dikecualikan daripada undang-undang ini. (mn/Hareetz/alqudspress)

Friday, March 11, 2011

Salam…..um…saya nak buat pengkongsian tentang halaqah kami…hihih…apa yang best adalah pada tarikh 12/3/2011. Kami telah menjayakan program kami dengan begitu baik…dan rasa bersyukur  yang begitu tinggi kepada ALLAH yang maha pemurah…
power rangers ISLAM
Pada saat itu, kami dapat melahirkan khudwah hasanah sesama sendiri walaupun selalu berdiam diri…kali ini, bukan tajkirah Cuma coretan hati berkenaan hari “kiamat”…”setelah kami selesai makan makanan sampingan kami terus diberikan keizinan untuk menikmati keindahan alam ciptaan Allah…terutamanya “sungai”…hihih…???
Kami tergesa-gesa..huk,huk,huk…..
Seterusnya kita  pergi kepada satu realiti perasaan seorang hamba yang amat kerdil…pada saat dia nak mandi…dia terfikir mandi untuk apa? Sonok, kegembiraan dan lain2…um…persoalan tentang “nawaitu” adalah begitu rumit untuk dilurahkan kerana memerlukan peganggan yang kuat bagi melalui  jalan yang ditentukan oleh Maha bijaksana, Allah S.W.T… dia pun mengatakan inysaALLAH…nak mandi kerana ingin berubudiah kepada Allah..
Dalam membuatkan keputusan mandi untuk pa da selesai? Tiba lah masa untuk natijah apa yang dia akan peroleh seandainya melakukan sesuatu yang tidak pasti…”hamba ini akhirnya turun untuk membasahkan dirinya…dan sungai yang disertakan air yang terjun dari atas batu yang menyebabkan saluran air begitu deras…” hamba Allah ini berenang kearah saluran air terjun tersebut..setelah itu, dia cuba merasai kekuatan air terjun tersebut…tetapi pada saat itu dia merasai akan kekuatan hentaman air yang menimpa ke badannya…lantaran itu, hamba itu berfikir tentang bagaimana dengan hari kemusnahan alam semesta…persoalan yang timbul dalam fikiran hamba tersebut “sendainya berlaku, adakah aku bersedia?”…kesimpulannya sudah siap kita untuk menempuh hidup yang kekal disana??
Sebagai pengajaran!....untuk peringatan diri dan pelawat2 sekalian…dan cerita diatas hanya cerita tentang diri seseorang…..moga2 Allah menerima taubat kita nantinya AMIN…….sekian coretan hati untuk pada kali ini…nantikan cerita seterusnya…????

Saturday, March 5, 2011

"pEnULiSaN"

06/03/2011
PRS BHA!!

Alhamdulillah….sekian lama penulisan aku dapat diteruskan…pada kali ini…aku akan menceritakan tentang hari yang lepas-lepas…pada beberapa hari lalu..aku telah terpilih jadi calon MPP…ceh wah!..hebat lah tu konok…hihihi…takda lah besa sak bha…setelah menjelang pengiraan undi…aku sungguh tidak menyangka aku memenangi kerusi sebanyak 107 kerusi…law nak kata jumlah tu byk boleh juak kot….hihihi…sampai sekarang…
Itu sahaja untuk berita yang baik…um…sekarang ceta sal proses pembelajaran lak…aku rasa law aku duduk dalam kelas cam da sak yang kacau pemikiran…jenk..jenk..jenk…x da papa bha…Cuma khayalan…
Persoalan yang sering timbul dalam diri ini…adakah aku layak untuk memegang jawatan itu..kerana sebelum ini aku tidak pernah memegang jawatan…lagipun sebelum ini endak pernah aku m’ghadiri perjumpaan PERKEMASS (persatuan sabah dab sarawak)…
Hal ini aku masih tidak menjumpai jawapannya…aku harap biarlah pada saat itu aku mampu menerima baik atau pun “bad”…Allah sajalah tempat aku memohon kekuatan itu…
Seterusnya, perubahan yang ingin aku lakukan adalah…menjadi sorang yang mampu memimpin diri dan org lain…amin…matlamat aku adalah redha Allah…moga2 Allah melimpahkan berkah-NYA…
Maybe itu sak kot…sory semuanya ttg MPP jak..tapi mmg sukar tuk aku mempercayainya…ceh wah!...aku harap Allah akan member kepandaian untuk memimpin kelak..amin..

Doa pada hari ini..

“Ya Allah, ampunkanlah dosa2ku, keluargaku, sahabat2ku, jiran2ku, dan kamu muslimin dan muslimah…”
“Ya Allah, berikanlah aku pengetahuan tentang bagaimana untuk memimpin agar aku tidak merasa diriku ini begitu teruk dan jangan Engkau ya Allah, memberikan pengetahuan itu sehingga aku lupa diri…”
“Ya Allah, pertemukanlah aku dengan wanita yang mencintai, mengasihi dan merindukan-MU…agar aku turut merasainya…”

Wednesday, February 23, 2011

“ERTI KEMERDEKAAN DARI PERSPEKTIF RAMADHAN”

Merdeka!!! Merdeka!!! Merdeka!!!
merdeka dari segi islam!
Satu laungan yang cukup untuk menggoncangkan hati pendekar-pendekar Melayu. Mereka pernah menitiskan air mata, mereka pernah mengalirkan darah dan mereka segelintirnya syahid mempertahankan bangsa dan agama. Melihatkan Malaysia pada hari ini, andai kata Tok Janggut masih hidup, adakah beliau mampu tersenyum. Fikir fikirkan…
Yang Mulia Tuan Pengerusi Majlis, Yang Aruf Lagi Bijaksana Barisan Hakim Yang Arif Dan Berpaksikan Keadilan Semestinya, Saudara Penjaga Masa Yang Setia Dengan Randiknya, Seterusnya mahasiswa-mahasiswi yang saya segani serta hormati sekelian.
Assalamualaikum wrth salam perpaduan...dan salam Ramadhan...
Tanggal 31 Ogos 1957 masihi, detik jam 12 malam, turunya bendera Jack Union diiringi dengan laungan kemerdekaan oleh perdana Menteri Malaysia yang pertama, Tunku Abdul Rahman Al-Haj adalah detik bersejarah yang ditersemat kukuh dalam sanubari setiap warga Tanah Melayu ketika itu. Merdeka!!! Merdeka!!! Merdeka!!!
Justeru, bicara perdana saya pada petang ini bukan hanya berkisar tntang kemerdekaan Negara sahaja, tetapi apakah erti kemerdekaan dari perspektif ramadhan.
Atas persoalan Sejauh manakah tulusnya makna Kemerdekaan itu dalam masyarakat Malaysia??. Saya kecilkan definisi dengan menumpukan sekitar persoalan pencapaian Malaysia selepas lebih 50 tahun kita merdeka. Frasa capai atau pencapaian mengikut kamus Dewan Edisi Terbaru adalah bermaksud prestasi. Tuntasnya, definisi pidato saya adalah tertumpu dalam skop prestasi Negara Malaysia selepas kemerdekaan pada tahun 1957.
Sidang Pendengar Yang Setia,
Atas kata bicara “ kestabilan ekonomi Negara yang jauh lebih baik berbanding 50 tahun yang lalu “ adalah hujah saya yang pertama. Sebagai contoh Dasar Ekonomi Baru yang diperkenalkan sekitar atahun 80-an mencatakan perkembangan positif yang dimangkinkan dengan pertumbuhan sektor pembuatan telah menukar parameter makro ekonomi Negara. Pertumbuhan yang pesat ini menunjukkan bahawa ekonomi Malaysiatelah mengalami transformasi struktur iaitu daripada bentuk ekonomi yang berasaskan pertanian kepada satu bentuk ekonomi yang pantas menuju ke taraf negara perindustrian. Misalnya, saya bawakan perbandingan angka pengeluaran sektor pertanian yang telah meningkat daripada RM10.2 bilion pada tahun 1980 kepada RM17.9 bilion pada tahun 2001. Justeru peningkatan ini menunjukkan bahawa negara kian menampakkan perkembangan yang positif.
Hujah saya yang kedua adalah berpaksikan “ Integrasi masyarakat majmuk yang semakin baik “. Justeru, dasar pecah dan perintah yang telah dilaksanakan oleh penjajah British telah merosakkan kesatuan tiga kelompok bangsa yang mendiami Tanah Melayu ketika itu. Justeru, pelbagai program dan dasar dirangka oleh pihak kerajaan dalam memastikan integrasi kaum dapat dieratkan. Dasar Wawasan Negara, konsep sekolah integrasi dan dasar pembawakan pimpinan hari ini adalah bertepatan dengan penyatuan masyarakat majmuk dalam Negara pada hari ini. Orang Melayu misalnya bukan lagi penduduk tetap desa dan orang India pula sudah keluar daripada kepompong estet dan ladang.
Sidang Dewan Yang budiman
Kata kunci saya yang ketiga “ Perkembangan sector pendidkan yang lebih baik berbanding 50 tahun yang lalu “ adalah merupakan hujah penting dalam menampakkan prestasi negara Malaysia pada hari ini. Jika dulu kebanyakan rakyat Tanah Melayu buta huruf, namun pada hari ini kita mampu berbangga dengan pencapaian rakyat Malaysiahingga mampu mengharumkan nama Negara dalam bidang pendidikan. Contohnya kejayaan Saudara Najmil Faiz Mohamed Aris, Pelajar PhD di bidang Nano Technology diUniversiti Metropolitan di Leeds yang sebelum ini mendapat perhatian media Malaysia kerana kejayaan beliau mengharumkan nama negara menerusi pembentangan tesisnya di Parlimen Britain pada tahun 2005.
Isi saya yang keempat adalah bertitik tolak atas asas “ Kemampuan rakyat untuk berdikari dan mengharaumkan nama Negara “. Saya bawakan nama-nama seperti Dato’ Azhar Mansur, pelayar solo mengelilingi dunia, Dato’ Malik Maidin, Perenang yang mengharumkan nama rakyat Malaysia ketika berenang merentasi selat Inggeris, Dr Syeikh Muzzaffar Shukor Syeikh, selaku angkasawan pertama Malaysia dan ramai lagi wira kebanggaan yang telah mengharumkan nama Negara dipersada anatarabangasa. Semua ini adalah menunujukkan bahawa betapa rakyat Malaysia mampu berdikari diperingkat perdana.
Sidang audian yang dirahmati Allah
Prestasi pembangunan modal insan, atas kata bicara “ sirnanya budaya dan tatasusila timur rakyat jika dibandingkan dengan zaman sebelum kemerdekaan “. Kebejatan social anak-anak muda, runtuhnya social kemasyarakatan dan hilangnya keperkasaan institusi kekeluargaan adalah bahana besar kepada rosaknya modal insan Negara. Dalam pidato saya pada hari ini, suka saya cadangkan agar tindakan segera dan serius dibuat oleh pihak berkuasa untuk memastikan generasi muda hari ini akan mampu mentadbir negara suatu masa nanti dengan baik.
Tuntasnya, Prestasi Malaysia adalah lebih baik jika dilihat dari sudut Ekonomi, Pendidikan, Sosial dan kemampuan rakyat. Walaubagaimanapun saya agak mahu memberikan hujah kontra berkenaan dengan kemerosotan tingkah laku anak-anak muda dan lunturnya tatasusila budaya timur hari ini.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification